banner dprd mkassar

Proses Biometrik Jamaah Haji Lebih Baik Dilakukan di Indonesia

pemprov sulsel

PDAM Makassar

SUARACELEBES.COM, JAKARTA – Total kuota jamaah haji pada tahun 2019 ini mencapai sekitar 221 ribu jamaah. Dari total jamaah haji 2019 ini, sekitar 160 ribuan jamaah sudah melakukan perekaman biometrik saat mereka mengajukan visa. Kini, sisanya sekitar 60 ribuan jamaah tatap akan melakukan rekam biometrik meskipun sejak 23 April lalu rekam biometrik bukan lagi menjadi syarat penerbitan visa.

Hal ini pemerintah Kerajaan Saudi Arabia pun tetap menerapkan biometrik sebagai syarat masuk ke negaranya.
Perekaman biometrik untuk ke 60 ribuan jamaah bisa dilakukan di Indonesia atau di terminal kadataangan imigrasi Saudi Arabia. Namun bagi Indonesia yang tetap memprioritaskan kenyamanan jamaah, pemerintah melalui Kementrian Agama tetap mengupayakan agar proses perekaman biometrik ini tetap dilakukan di Indonesia. Hal ini bisa menghindari antrian yang begitu panjang di imigrasi bandara Saudi Arabia untuk melakukan proses perekaman biometrik.

“Saudi Arabia tidak membatalkan sistem biometrik, tetapi menginformasikan bahwa biometrik bukan lagi menjadi bagian proses visa. Jadi proses yang sebelumnya adalah mengurus paspor, melakukan perekaman biometrik, dan mengurus visa, kini biometrik bisa dilakukan setelah visa terbit,” kata Nasrullah Jasam, Kepala Subdirektorat Dokumen dan Perlengkapan Haji Reguler Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, kepada media di di Asrama Haji Podok Gede Jakarta belum lama ini.

“Kami usahakan sisanya melakukan perekaman di Indonesia sebelum berangkat ke Saudi Arabia karena dapat memperpendek antrian,” lanjut Nasrullah.

Perubahan kebijakan pemerintah Saudia Arabia yang mendadak dan berlaku di seluruh dunia ini memang perlu diantisipasi dengan baik oleh pemerintah, tidak hanya untuk pelaksanaan Ibadah Haji 2019 tapi juga untuk pelaksanaan ibadah umrah ketika musim haji sudah selesai. Hal ini karena bisa berdampak kepada kenyamanan jamaah saat beribadah.

Antrian panjang yang bisa terjadi saat melakukan proses perekaman biometrik di imigrasi Saudi Arabia juga dapat mengganggu kondisi fisik jamaah, terutama mereka yang sudah berusia lanjut. Jamaah juga akan merasa tidak nyaman berdiri berjam-jam di tempat dengan akses komunikasi dan fasilitas umum seperti jamban yang sangat terbatas. Hal ini berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang bisa mengganggu kelancara pelaksanaan ibadah haji.

Calon jamaah haji/umrah yang sempat dihubungi setuju agar pelaksanaan rekam biometrik untuk haji dan umrah dilakukan di Indonesia sebelum keberangkatan.
“Meskipun biometrik sebagai syarat visa dibatalkan, saya setuju rekam biometrik dilakukan di Indonesia sebelum keberangkatan. Mengantri berjam-jam dengan bersama calon haji dari negara-negara lain di bandara kedatangan akan sangat memberatkan,” ujar Nur, calon haji 2019 asal Bogor.

Hal senada dilontarkan Otong, calon haji 2019 asal Jakarta. “Dengan pertimbangan waktu, perekaman biometrik di indonesia akan lebih baik karena dengan begitu di Saudi Arabia nanti tidak perlu melakukan rekam biometrik lagi. Perekaman biometrik di Indonesia cukup cepat karena sudah diatur jadwalnya,” kata Totong.

Berdasarkan data pemerintah Saudi Arabia, kunjungan ke Saudi Arabia termasuk haji dan umrah diperkirakan akan mencapai 23,3 juta pada 2023. Jumlah jamaah haji dan umrah akan naik hampir dua kali lipat pada 2030 menjadi 30 juta. Hal ini akan menjadi tantangan besar bagi otoritas bandara dan imigrasi Saudi Arabia termasuk dalam hal perekaman biometrik, jika harus dilakukan setelah ketibaan di sana.(*)

Pemkot Makassar

PDAM Makassar

Call Center PU