SUARACELEBES.COM, MAKASSAR -Pengurus Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Sulawesi Selatan (Sulsel) berharap Gubernur Sulsel menghidupkan kembali olahraga berkuda yang pernah berjaya di Sulsel.
Harapan pengurus Pordasi Sulsel ini terkait adanya titik terang dari proses pengambil-alihan aset Pemprov Sulsel dari Yayasan Olahraga Sul-Sel (YOSS), yang meliputi stadion Andi Matalatta, GOR, kolam renang di kawasan kompleks Mattoanging, dan pacuan kuda di Parangtambung, Kecamatan Tamalate, Makassar.
Wakil Ketua Pordasi Sulsel Annas GS Karaeng Jalling mengatakan, Rabu (5/3/2020), menyebutkan olahraga berkuda merupakan olahraga kebanggaan warisan budaya dan leluhur orang Sulsel, sejak jaman kejayaan Kerajaan Gowa di abad ke-15.
Sebelum pacuan kuda dikenal di Indonesia, lanjut Annas, leluhur Bugis, Makassar, dan Mandar sudah gemar berolahraga kuda dengan memacu kuda sambil berburu rusa.
Selain itu, diharapkan pula olahraga berkuda juga akan menjadi penyumbang medali dalam ajang Pekan Olahraga Nasional (PON).
“Pacuan kuda terakhir di Parangtambung diselenggarakan sekitar 12 tahun lalu, dalam perlombaan Gubernur Cup era Gubernur Amin Syam, setelah itu pacuan kuda tidak difungsikan lagi,” ujar Annas.
Menurut Annas, jumlah penggemar kuda pacu di Sulsel mencapai ratusan orang yang tersebar di beberapa kabupaten di bagian selatan Sulsel, yakni: Gowa, Takalar, Bantaeng, dan Jeneponto. Sejak kosongnya pelaksanaan perlombaan pacuan kuda di Parangtambung, pehobi kuda pacu memilih bertanding ke provinsi tetangga, di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat.
“Karena kompetisi tidak ada di Sulsel, lebih dari 100 ekor kuda pacu di Sulsel dibawa bertanding ke Polman, jika ditotal anggaran keseluruhannya mencapai miliaran rupiah uang orang Sulsel dibawa ke Sulbar,” tambah Annas.
Annas berharap, nantinya gelanggang pacuan kuda Parangtambung yang dibangun di tahun 1957 dalam ajang PON ke-IV, direnovasi Pemprov Sulsel hingga layak untuk penyelenggaraan kejuaraan berkuda tingkat nasional.
Kondisi pacuan kuda Parangtambung saat ini tidak terurus sama sekali. Di sekelilingnya terdapat puing-puing bangunan dan lapak liar. Sementara di bagian dalam sudah ditumbuhi semak belukar. Warga sekitar pacuan kuda memanfaatkannya dengan menggembalakan kambing.
Selain itu, jika pacuan kuda Parangtambung difungsikan kembali, akan melahirkan potensi bisnis peternakan kuda pacu di Sulsel, yang selama ini di kawasan timur Indonesia hanya ada di Tompaso, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
“Kuda pacu yang diperlombakan harus jenis kuda unggul, biasanya jenis Thoroughbred yang kita datangkan dari Minahasa, harganya juga lumayan mahal sampai seratusan juta perekornya, kalau peternakan dan pengembangbiakan kuda pacu ada di Sulsel dan di-support pemerintah akan menyumbang pertumbuhan ekonomi Sulsel di sektor industri peternakan,” pungkas Annas yang juga Ketua Asosiasi Peternak Kuda Sulsel.(*)