Oleh : MS Baso DN
SUARACELEBES.COM, MAKASSAR – Hablumminallah adalah hubungan dengan Allah dan hablum minan-nas adalah hubungan dengan manusia.
Segala puji bagi Allah, yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat hamba-hambanya, Maha suci Allah, Dia-lah yang menciptakan bintang-bintang di langit, dan dijadikan padanya penerang dan Bulan yang bercahaya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, yang diutus dengan kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, mengajak pada kebenaran dengan izin-Nya, dan cahaya penerang bagi umatnya. Ya Allah, curahkan shalawat dan salam bagi Nabi Besar Muhammad Rasulullah SAW dan keluarganya, yaitu doa dan keselamatan yang berlimpah.
Dalam Islam seperti yang sering diutarakan para alim ulama, memiliki ajaran yang membentangkan dua bentuk hubungan yang harmonis yakni Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan Tuhannya dalam hal ibadah (ubudiyah) atau yang populer dikatakan dengan hablum minallah. Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan makhluk yang lainnya dalam wujud amaliyah sosial yang populer dikatakan dengan hablumminannas.
Kehadiran virus bernama Corona atau yang dikenal dengan istilah covid19, benar benar meluluhlantahkan seluruh sendi kehidupan manusia, kehidupan duniawi tidak terkecuali kegiatan religius keagaman, syiar Islam, misalnya larangan sholat berjamaah di mesjid mesjid, dan bahkan meniadakan sholat Jumat yang hingga saat sudah 3 kali secara berturut turut. Hal ini didasari dengan penjelasan dari MUI dan beberapa pendapat dari ulama dengan mengutip ayat dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Bahkan dalam rangka memasuki bulan suci Ramadhan yang tinggal menghitung hari, Menteri Agama RI juga kabarnya sudah mengeluarkan Surat Edaran yang isinya meniadakan Shalat Tarawih, Buka Puasa Bersama, Sahur On The Road bahkan Shalat Ied pun ditiadakan, sehubungan dengan adanya wabah virus corona .covid19 itu. Masya Allah!.
Dalam Surah Ali Imran ayat 112 Allah SWT berfirman :
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنْ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَآؤُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُواْ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الأَنبِيَاء بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.”
Jika berkaca pada beberapa peristiwa kejadian bencana alam, tsunami dan bencana alam lainnya yang menewaskan puluhan, ratusan hingga ribuan manusia seperti saat terjadinya tsunami di Aceh, gempa bumi dan tsunami yang terjadi didaerah lainnya, sang pencipta alam semesta jagad raya ini, Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa seringkali memperlihatkan kebesaran dan kekuasaanNya dengan menyelamatkan tempat ibadah umat Islam yakni mesjid dari bencana alam karena mesjid adalah rumah Allah seperti yang sering disampaikan para kyai, ulama dan ahli agama Islam dalam beberapa ceramah atau tausiahnya.
Muncul pertanyaan dari beberapa masyarakat dan juga dari saya pribadi saat ini, mengapa di saat negeri ini, republik ini dilanda bencana atau dengan kata lain sebuah peringatan dari sang pencipta Allah SWT dengan mengirimkan bala tentara nya bernama corona, jika hal ini memang diturunkan Allah dari ‘sarangnya’ sebagai sebuah ‘peringatan kecil’ kepada hamba hambanya, justru kita semakin menjauh dan saling merenggangkan diri satu sama lainnya padahal ada kalimat pepatah yang berbunyi ‘bersatu kita teguh bercerai kita runtuh’ tapi saat ini pepatah tersebut terbalik ‘bersatu kita runtuh, bercerai kita teguh’, karena si corona menyebar dari proses kontak fisik manusia ke manusia, sehingga tak pelak muncul berbagai gaya dan gerakan silaturrahmi dari berjabat tangan cipika cipiki berubah menjadi melipatkan dua tangan seperti kebiasaan di daerah lain bukan didaerahku, gaya bersentuhan kepala tangan (tinju), sikut bahkan dalam sebuah video dari daerah tertentu, lagi lagi bukan didaerahku, gaya silaturrahminya dengan menggunakan kaki yang dialas dengan sepatu, maka jadilah sepatu yang bersilaturrahmi. Begitu menakutkannya si corona pada manusia ciptaan Allah yang paling mulia di muka bumi ini.
Manusia yang terisolasi hingga wafat akibat ajalnya sudah tiba, hanya penyebab kematiannya akibat terjangkit virus corona dari hasil pemeriksaan medis di vonis positif, hanya diurus oleh tim medis dan atau tim yang telah dibentuk, mulai dari ruang isolasi hingga penguburannya dilakukan oleh standar protokol penanganan virus corona, tanpa bisa didekati oleh sanak saudara, keluarga, handai taulan, bahkan mendapat penolakannya dari berbagai lapisan masyarakat di wilayah jenasah akan dikebumikan, lagi lagi akibat begitu menakutkannya si corona pada manusia ciptaan Allah yang paling mulia di muka bumi ini. Tak kurang beberapa pejabat penting meninggal dunia akibat di vonis positif, tanpa ada upacara penghargaan sebagai seorang yang telah berjasa di republik ini, minimal dalam sebuah daerah di republik ini. Yang ironis, beberapa masyarakat meninggal dunia acapkali dicap sebagai positif corona dan ada beberapa informasi diantaranya dikebumikan melalui mekanisme tim dan protokol penanggulangan virus corona, namun setelah dikebumikan hasilnya dinyatakan negatif corona. Hal ini harus menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi tim, untuk tidak prematur memberikan vonis sebelum hasilnya terlebih dahulu valid. Lagi lagi hal ini disebabkan akibat begitu menakutkannya si corona pada manusia ciptaan Allah di muka bumi ini.
Barang kebutuhan pokok melambung tinggi, rupiah terjungkal, panic buying dimana mana terjadi, vitamin C langkah, masker dan alat pelindung lain harganya meroket dan menghilang dipasaran, ramuan jamu jamuan bermunculan, bahkan minyak minyakan bermunculan dan laku keras dipasaran berapa pun nilainya untuk menjadi minuman penangkal si corona, air kelapa muda dan tua, susu kental manis, air mineral menjadi rebutan bagi masyarakat menengah keatas, masyarakat menengah kebawah meskipun juga menginginkan namun karena tidak memiliki kemampuan dan daya beli, maka cukup menikmati hidupnya saja seperti biasanya, toh juga berkat lindungan Allah SWT dan kepasrahannya, si corona juga enggan untuk menjangkiti si miskin karena mungkin masih memiliki rasa ‘kecoronaan’ rasa hiba dan sayang, sekaligus menjawab si juru bicara covid19 yang keceplosan ‘menuding’ dengan pernyataannya tentang si miskin dan si kaya.
Melalui goresan dan tulisan ini, masyarakat sangat berharap para mubalig, ulama, para kyai, para alim para cerdik pandai dalam agama, khususnya Agama Islam untuk turun gunung memberikan pencerahan pada umat, memimpin doa bersama jika tidak bisa berjamaah secara kontak fisik karena himbauan social distancing dan physical distancing, bisa melalui video conference (vidcon) gaya berkomunikasi diera si corona dewasa ini, agar HABLUMMINALLAH WA HABLUMMINANNAS tetap terjaga dan terawat dengan baik, sehingga bencana dan peringatan Allah SWT dengan virus corona segera berakhir dan situasi normal kembali. Bukankah penyakit atau wabah yang Allah SWT turunkan di muka bumi ini, Allah SWT jualah yang menghilangkannya? Cukup dengan mengucapkan kalimat kun payakun, maka jadilah. Jadilah wabah si virus corona ini hancur dan menghilang di muka bumi ini, dan kemaslahatan umat terjaga, kembali beraktivitas, beribadah, bekerja, belajar, bukan dirumah lagi, akan tetapi sesuai tempatnya masing masing, di sekolah, di mesjid, dan dikantor. Cukuplah kita mengambil hikmah dibalik virus corona, bahwa manusia begitu hina dan rendah dan tidak memiliki kemampuan apapun dibandingkan sang penciptaNya, Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga manusia kembali ke jalan yang benar, bukan jalan yang sesat dan menyesatkan. Semoga di Bulan Suci Ramadhan yang sebentar lagi hadir, bisa disambut dengan suka cita oleh kaum muslimin dan muslimat dengan melaksanakan puasa, tarawih, shalat lail zakat, infaq dan sadaqah serta ibadah lainnya, hingga tiba di hari kemenangan merayakan Hari Raya Idul Fitri. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Tidak ada daya dan kekuatan selain izin Allah SWT. Cukuplah Allah SWT sebagai penolong dan pelindung terbaik. Allahumma Shalli Ala Habibina wa syafiina wa maulana Muhammad SAW. Wallahu A’lam Bissawab.
Makassar, 7 April 2020 Pukul 01.41 WITA
(Penulis : Pemerhati Sosial Kemasyarakatan)