SUARACELEBES.COM, MAKASSAR – Kamala Harris membuat sejarah baru di Pilpres Amerika Serikat 2020. Berduet dengan Joe Biden, Kamala mencatatkan diri sebagai perempuan ‘kulit hitam’ pertama yang terpilih menjadi wapres di Negeri Paman Sam.
Terpilihnya Kamala Harris menjadi angin segar dan spirit bagi kaum perempuan di kontestasi politik. Termasuk kaum perempuan yang saat ini maju di Pilkada serentak 2020 di Indonesia. Seperti di Pilkada Makassar.
“Kemampuannya memberikan keyakinan bagi pemilih, khususnya perempuan untuk membawa aspirasi kaumnya,” kata Kapuslitbang Konflik, Demokrasi, Hukum, dan Humaniora LPPM Universitas Hasanuddin, Dr Sakka Pati, SH, MH, pada
Rabu (11/11/2020).
Fakta ini juga, kata pegiat demokrasi tersebut, mencerminkan bahwa kandidat perempuan sudah semakin mendapatkan tempat di hati para pemilih. Hal ini pula dianggapnya dapat menginspirasi pemilih perempuan di pilkada serentak 2020 untuk memilih sesama kaumnya.
“Hal ini menjadi nilai positif dan semangat bagi perempuan Indonesia, khususnya yang ikut perhelatan pilkada serentak 2020. Cerminan perempuan layak diberi kesempatan dan dipercaya menjadi pemimpin,” tandas Sakka Pati.
Terpisah, pengamat politik dari UIN Alauddin Makassar, Ibnu Hadjar Yusuf menilai, keterpilihan Kamala mempunyai pengaruh signifikan terhadap peta dukungan di Pilwalkot Makassar 2020. Pemilih, khususnya kaum perempuan dianggapnya cenderung akan semakin yakin dengan memilih sesama kaumnya.
Hal ini, menurut Ibnu akan sangat menguntungkan pasangan Moh Ramdhan Pomanto-Fatmawati Rusdi. Pemilih perempuan di Kota Makassar, katanya, akan semakin termotivasi untuk bersatu memenangkan Fatma sebagi satu-satunya kandidat perempuan di pesta demokrasi lima tahunan itu.
“Kamala Harris merupakan bukti sosok perempuan yang cerdas yang ditokohkan. Tentu ini menjadi inspirasi untuk Pilwalkot Makassar 2020 dengan hadirnya pasangan Danny-Fatma. Ini tentu menjadi motivasi kaum perempuan untuk ikut menciptakan sejarah baru dengan menjadikan Fatma sebagai wakil wali kota Makassar perempuan yang pertama,” urai Ibnu.
“Kaum emak-emak atau perempuan tentu akan sangat terinspirasi dari proses politik di AS. Secara sadar mereka akan memutuskan untuk memilih Bu Fatma apalagi mereka menganggap bahwa perempuanlah yang paling mengerti hati dan perasaan kaumnya sendiri,” demikian Ibnu.
Sekadar diketahui, Kamala Harris sendiri merupakan puteri dari seorang ibu imigran dari India, sedangkan ayahnya seorang imigran dari Jamaika.
Ibu Kamala Harris berprofesi sebagai ilmuwan, sedangkan ayahnya merupakan seorang ekonom. Keduanya merupakan lulusan University of California Berkeley. (*)