By : Ano Suparno (Jurnalis/pemerhati kemanusiaan)
SUARACELEBES.COM, MAKASSAR – Pada dekade akhir abad 1910an menuju 1920, Indonesia melalui Batavia dan nusantara pernah mengalami seperti apa yang tengah Indonesia alami era abad Multi Milenial ini. Gejala muntah, lebih sering buang air besar berbentuk cairan seperti air beras dirasakan oleh warga. Menular bersama udara, lalat yang hinggap dari meja ke meja, gelas ke gelas, makanan ke makanan hingga menyerang warga lainnya dan kemudian menyebar seantero nusantara. Wabah ini, adalah kolera yang kali pertama muncul pada tahun 1821.
Apa yang dilakukan pemerintah sekarang menghadapi Covid-19, pembatasan gerak manusia, memisahkan antara yang sehat dan sakit, menerbitkan aturan kesehatan telah dilakukan pula oleh pemerintah Hindia Belanda. Tetapi tetap saja wabah kolera mewabah. Persis apa yang telah dialami pada Virus Corona Covid 19. Menurut Susan Abeyasekere Death and Desease in Nineteenth Century Batavia”, yang dimuat melalui Death and disease in Southeast Asia suntingan Norman Owen menulis,dari 1860, kolera melanda secara sporadis hingga akhir abad ke-19 dan beberapa tahun setelahnya. Ratusan orang tewas setiap hari, warga ketakutan dan banyak yang memilih mengungsi ke lokasi terpencil, aman dari serangan Kolera.
Lalu kemudian kalangan profesional seperti dokter, ahli kesehatan mengusulkan pada pemerintah bahwa jalan terbaik adalah Vaksinasi seperti yang dilakukan oleh Spanyol pada 1885, Timur Tengah pada 1893, dan Kalkuta, India, pada 1894–1895. Kalangan kesehatan menuliskan dalam Jurnal Geneeskundig Tijdschrift voor Nederlandsch-Indie (GTNI) bahwa vaksinasi massal adalah jawaban dari seluruh ketakutan masyarakat Batavia dan nusantara kala itu. Tokoh yang menggerakkan vaksinasi kala itu A.H. Nijland, direktur Institut Pasteur menulis bahwa vaksinasi adalah sebuah keharusan untuk lepas dari musuh yang tak nampak ini. “Bilamana banyak orang yang divaksin dan tidak divaksin tinggal di tengah lingkungan yang hampir sama, hanya yang tidak divaksin yang terjangkit,” tulis Nijland, seperti dikutip oleh Patrick Bek dalam “Memerangi Musuh yang (Tak) Terlihat”, Jurnal Kedokteran Hindia Belanda 1852–1942.
Dan akhirnya, pemerintah Hindia Belanda menggelar vaksinasi massal, melibatkan dokter, profesional, mahasiswa, pelajar dan tokoh masyarakat.
Tak butuh waktu lama, nusantara pun perlahan lahan keluar dari masa paceklik wabah kolera. Vaksinasi merupakan langkah bersejarah yang selalu berhasil di tengah dunia menghadapi wabah pandemi.
Oleh sebab itu, seluruh warga Indonesia, Sulsel dan Makassar. Jika kita ingin segera meraih kembali kehidupan yang normal, maka jalan satu satunya adalah cetak ulang sejarah lama , SEGERALAH VAKSINASI COVID-19. Indonesia pernah mencetak sejarah, sukses melawan musuh yang tak nampak melalui pandemi.(*)